#

Cerbung Rintisan Berduri Bagian 13

Thaib, Maisir

Jenis Bahan

Kliping

Judul Alternatif

-

Pengarang

Maisir Thaib (Pengarang)

Edisi

-

Pernyataan Seri

-

Penerbitan

Banjarmasin : Banjarmasin Post, 1993

Bahasa

-

Deskripsi Fisik

2 halaman : ilustrasi ; 25 cm

Jenis Isi

teks

Jenis Media

tanpa perantara

Penyimpanan Media

lembar

ISBN

-

ISSN

-

ISMN

-

Bentuk Karya

Tidak ada kode yang sesuai

Target Pembaca

Tidak ada kode yang sesuai

Catatan

-


Abstrak

Artikel Cerbung rintisan berduri bagian 13, kisah memasuki babak kelam ketika tokoh utama harus menjalani penahanan di penjara Glodok, Jakarta. Ia ditempatkan dalam sebuah sel tersendiri, terisolasi dari tahanan lain. Keadaan sel tersebut mengingatkannya pada pengalaman pahit sebelumnya di Surabaya—ruang sempit, sunyi, dan menekan batin. Kesendirian di balik jeruji besi bukan hanya menjadi hukuman fisik, tetapi juga ujian mental. Ingatan akan penderitaan masa lalu kembali menghantui, mempertebal rasa getir dan ketidakadilan yang ia rasakan. Bagian ini menegaskan bahwa perjuangan tokoh utama belum usai; penjara justru menjadi medan baru yang penuh tekanan, tempat keteguhan hati dan daya tahan jiwanya kembali diuji.

No. Barcode No. Panggil Lokasi Perpustakaan Lokasi Ruangan Kategori Akses Ketersediaan
00000123669 H.40.979 PDS HB Jassin
Perpustakaan Pusat
PDS HB Jassin Lt.7 - Ruang Koleksi lantai 7 Koleksi Umum Baca di tempat Tersedia
No. Nama File Nama File Format Flash Format File Aksi
Tidak ada data.
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000035935
005 20251214054255
035 # # $a 0010-1225001209
007 ta
008 251214################|##########|#|##
082 # # $a 813 [23]
084 # # $a H.40.979
100 0 # $a Maisir Thaib$e Pengarang
245 1 # $a Cerbung rintisan berduri bagian 13 /$c Maisir Thaib
300 # # $a 2 halaman : $b ilustrasi ; $c 25 cm
650 # 4 $a Fiksi Indonesia
520 # # $a Artikel Cerbung rintisan berduri bagian 13, kisah memasuki babak kelam ketika tokoh utama harus menjalani penahanan di penjara Glodok, Jakarta. Ia ditempatkan dalam sebuah sel tersendiri, terisolasi dari tahanan lain. Keadaan sel tersebut mengingatkannya pada pengalaman pahit sebelumnya di Surabaya—ruang sempit, sunyi, dan menekan batin. Kesendirian di balik jeruji besi bukan hanya menjadi hukuman fisik, tetapi juga ujian mental. Ingatan akan penderitaan masa lalu kembali menghantui, mempertebal rasa getir dan ketidakadilan yang ia rasakan. Bagian ini menegaskan bahwa perjuangan tokoh utama belum usai; penjara justru menjadi medan baru yang penuh tekanan, tempat keteguhan hati dan daya tahan jiwanya kembali diuji.
600 1 4 $a Thaib, Maisir
264 # # $a Banjarmasin :$b Banjarmasin Post,$c 1993
336 # # $a teks$2 rdacontent
337 # # $a tanpa perantara$2 rdamedia
338 # # $a lembar$2 rdacarrier
990 # # $a PDS010337-27