#

Dia Yang Haram

Fiksi Indonesia

Jenis Bahan

Monograf

Judul Alternatif

-

Pengarang

Isrina Sumia (Pengarang) ; Srie Rahmawati (Penyunting)

Edisi

Cetakan pertama, Mei 2023

Pernyataan Seri

-

Penerbitan

Bekasi : Mitra Sentosa, 2023; © CV Mitra Sentosa, 2023

Bahasa

Indonesia

Deskripsi Fisik

x, 381 halaman : ilustrasi ; 21 cm

Jenis Isi

teks

Jenis Media

tanpa perantara

Penyimpanan Media

volume

ISBN

9781911223139

ISSN

-

ISMN

-

Bentuk Karya

Novel

Target Pembaca

Remaja

Catatan

-


Abstrak

Bu, Haram itu bukannya babi ya ? tanyaku pada ibu. saat itu usiaku baru enam tahun. pertanyaanku kala itu dan rentetan kejadian setelahnya masih kuingat sampai sekarang. Hmmmm bukannya menjawab ibu hanya berdehem sementara tangannya sibuk mengiris bawang di dapur warteg tempat ibu bekerja. "Kenapa aku dipanggil anak haram? Apa aku anak babi? tanyaku lagi tak sabar. Ibu menghentikan gerakan tangannya mengiris bawang, memandangku dengan sorot mata tajam dan rahang yang mengeras, tangannya mengepal. "Kamu tuh bisa diam enggak sih!" bentak Ibu. Bentakan Ibu seketika membuat napasku berhenti beberapa detik. Kakiku gemetar. Tatapan ibu membuatku langsung melengos takut. "Main sana! Nanya yang enggak-enggak!" Berlari aku keluar, kemudian duduk di pelataran warteg dengan napas terhimpit. Tubuhku menyelorot di balik dinding. Hingga beberapa lama aku hanya bisa duduk diam tanpa tahu harus melakukan apa. Ibu tak paham, bukannya aku tak ingin bermain. Tapi mereka yang tak mau berteman denganku. Anak-anak di lingkungan tempatku tinggal selalu saja mengejekku dengan sebutan anak haram. Mereka jijik bermain denganku. Tetapi Ibu tak pernah mau tahu dan peduli. Yang kutahu, haram adalah babi dan babi haram untuk dimakan karena wajahnya yang jelek. Jadi di usiaku saat itu, aku mengira, aku adalah anak haram karena wajahku jelek. ... Aku masih diam duduk sendirian sampai embusan angin melipir dan sedikit menyejukkan wajahku. “Hanun, ngapain di sini?” Suara Pak Sueb tiba-tiba saja terdengar nyaring. Dia berjongkok di depanku kemudian tersenyum. "Hanun mau jajan?" tanyanya.

No. Barcode No. Panggil Lokasi Perpustakaan Lokasi Ruangan Kategori Akses Ketersediaan
00006721963 813 ISR d Perpustakaan Jakarta - Cikini
Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail marzuki, Jakarta Pusat
Cikini Umum - Lantai 4 dan Lantai 5 Storage Umum Diolah Diolah
00006721965 813 ISR d Perpustakaan Jakarta - Cikini
Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail marzuki, Jakarta Pusat
Cikini Umum - Lantai 4 dan Lantai 5 Storage Umum Diolah Diolah
00006721970 813 ISR d Perpustakaan Jakarta - Cikini
Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail marzuki, Jakarta Pusat
Cikini Umum - Lantai 4 dan Lantai 5 Koleksi Umum Diolah Diolah
00006721975 813 ISR d Perpustakaan Jakarta - Cikini
Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail marzuki, Jakarta Pusat
Cikini Umum - Lantai 4 dan Lantai 5 Koleksi Umum Diolah Diolah
00006721980 813 ISR d Perpustakaan Jakarta - Cikini
Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail marzuki, Jakarta Pusat
Cikini Umum - Lantai 4 dan Lantai 5 Koleksi Umum Diolah Diolah
No. Nama File Nama File Format Flash Format File Aksi
Tidak ada data.
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000868174
005 20250430025831
007 ta
008 250430################d##########f#ind##
020 # # $a 9781911223139
035 # # $a 0010-0425000332
040 # # $a JKPDJAK$b ind$c rda
041 # # $a ind
082 0 4 $a 813$2 [23]
084 # # $a 813 ISR d
100 # # $a Isrina Sumia$e Pengarang$e Isrina Sumia$e Pengarang
245 1 0 $a Dia yang haram /$c Isrina Sumia ; editor, Srie Rahmawati
250 $a Cetakan pertama, Mei 2023
264 # 1 $a Bekasi :$b Mitra Sentosa,$c 2023
264 # 4 $a © CV Mitra Sentosa, 2023
300 # # $a x, 381 halaman : $b ilustrasi ; $c 21 cm
336 # # $a teks$2 rdacontent
337 # # $a tanpa perantara$2 rdamedia
338 # # $a volume$2 rdacarrier
520 # # $a Bu, Haram itu bukannya babi ya ? tanyaku pada ibu. saat itu usiaku baru enam tahun. pertanyaanku kala itu dan rentetan kejadian setelahnya masih kuingat sampai sekarang. Hmmmm bukannya menjawab ibu hanya berdehem sementara tangannya sibuk mengiris bawang di dapur warteg tempat ibu bekerja. "Kenapa aku dipanggil anak haram? Apa aku anak babi? tanyaku lagi tak sabar. Ibu menghentikan gerakan tangannya mengiris bawang, memandangku dengan sorot mata tajam dan rahang yang mengeras, tangannya mengepal. "Kamu tuh bisa diam enggak sih!" bentak Ibu. Bentakan Ibu seketika membuat napasku berhenti beberapa detik. Kakiku gemetar. Tatapan ibu membuatku langsung melengos takut. "Main sana! Nanya yang enggak-enggak!" Berlari aku keluar, kemudian duduk di pelataran warteg dengan napas terhimpit. Tubuhku menyelorot di balik dinding. Hingga beberapa lama aku hanya bisa duduk diam tanpa tahu harus melakukan apa. Ibu tak paham, bukannya aku tak ingin bermain. Tapi mereka yang tak mau berteman denganku. Anak-anak di lingkungan tempatku tinggal selalu saja mengejekku dengan sebutan anak haram. Mereka jijik bermain denganku. Tetapi Ibu tak pernah mau tahu dan peduli. Yang kutahu, haram adalah babi dan babi haram untuk dimakan karena wajahnya yang jelek. Jadi di usiaku saat itu, aku mengira, aku adalah anak haram karena wajahku jelek. ... Aku masih diam duduk sendirian sampai embusan angin melipir dan sedikit menyejukkan wajahku. “Hanun, ngapain di sini?” Suara Pak Sueb tiba-tiba saja terdengar nyaring. Dia berjongkok di depanku kemudian tersenyum. "Hanun mau jajan?" tanyanya.
521 # # $a Remaja
650 # 4 $a Fiksi Indonesia
700 0 # $a Srie Rahmawati$e Penyunting
850 # # $a JKPDJAK
990 # # $a D004111/25
990 # # $a D004112/25
990 # # $a D004113/25
990 # # $a D004114/25
990 # # $a D004115/25