Pada hakikatnya, setiap eksistensi benda atau peristiwa memiliki misi dan mutiara hikmah. Namun, manusia sering kehilangan kesempatan menangkap pesan-pesan kehidupan itu dan membiarkannya berlalu begitu saja. Menurut Albert Camus, hanya manusia yang memiliki kemampuan menciptakan makna-makna pada segala eksistensi, proses, dan kejadian di alam semesta. Buku ini berisi perenungan tentang percik kehidupan yang ditulis dalam bentuk senandika, sebagai sebuah wacana diri. Bahasa yang digunakan bersifat intuitif dan imajinatif namun tetap logis, serta mengandung makna konotatif maupun denotatif. Tema yang diangkat pada setiap tulisan di buku ini beragam dan masing-masing berdiri sendiri sehingga tidak harus berurutan membacanya. Semua tulisan memiliki kesatuan tujuan, yaitu menemukan cahaya ilahi dari keremangan hakikat yang selama ini diselimuti kabut indrawi dan ego. Dari situ kita bisa terhindar dari keabsurdan hidup serta menghargai orisinalitas diri.