“Nina,” panggil Januar. “Nina,” ulang pemuda itu saat Nina tak kunjung menoleh. “Hanya karena lo merasa nggak seperti orang yang lo anggap menarik, bukan berarti lo benar-benar nggak menarik buat semua orang di dunia ini.” “Bulan itu cantik, bintang-bintang di dekatnya juga cantik, kan?” kata Januar. Nina pun ikut mendongak. “Orang yang suka bulan pasti bakal lebih milih melihat bulan, karena bagi mereka bintang itu terlalu kecil di luasnya langit. Orang yang suka bintang juga bakal milih melihat bintang, karena bagi mereka bulan itu keliatan dingin, iya kan? Bentuk, ukuran, dan jumlah bulan sama bintang itu kontras banget, they look nothing alike, but they’re still pretty as they are,” Begitu kata Januar kepada Nina. Entah bagaimana keluarganya mendidik anak bungsunya itu sampai begitu hebat dalam memaknai suatu hal. Dia penuh dengan kehangatan, tidak pernah membanding-bandingkan, dan selalu pandai dalam memberikan apresiasi. Dengan semua kelebihan itu, akankah Nina merasa pantas untuk ‘dilihat’ oleh Januar?