Keberhasilan segelintir anggota legislatif (DPR/DPRD)meraih kursi dengan Bilangan Pembagi Pemilihan (BPP) dalam pemilu 2004 tidak sekadar menunjukan kuatnya legitimasi mereka sebagi reprensentasi dan mandatory bagi rakyat. Eksistensi merka telah mengurangi laju krisis demokrasi electoral – formal yang terus mengancam mainstream politik menempatkan pemilu semata – mata sebagai ritual lima tahunan dan oligarki mendominasi proses rekrutmen, nominasi dan seleksi calon legislatif. Sedikitnya jumlah peraih kursi legislative dengan BPP memperlihatkan betapa sulit dan kerasnya perjuangan sekaligus keterujian mereka di masyarakat karena itulah, meraih BPP merupakan kehormatan yang bermanfaat bagi institusionalisasi politik. Sayangnya, berakhirnya hiruk pikuk pemilu tak menyisakan perhatian terhadap keberhasilan tersebut secara memadai. Buku ini menyajikan potret keberhasilan dua anggota legislatif yang meraih kursi dengan BPP, Moh. Hartomi Wibowo (DPRD Kabupaten Blora dari DP Blora 1) dan H. Muhammad Dasum (DPRD Kabupaten Blora 2 ). Hartomi mewakili figur anggota legislatif yang terpilih dari wilayah transisi dari pedesaan ke perkotaan, sedang Dasum adalah profil anggota legislatif yang terpilih diwilayah pedesaan.