#

Arzel

Fiksi Indonesia

Jenis Bahan

Monograf

Judul Alternatif

-

Pengarang

Vira Ananda (Pengarang) ; Vie Asano (Penyunting) ; Tiara Putri (Ilustrator)

Edisi

cetakan pertama

Pernyataan Seri

-

Penerbitan

Depok : Skuad, 2023

Bahasa

Indonesia

Deskripsi Fisik

312 halaman : ilustrasi ; 20

Jenis Isi

teks

Jenis Media

tanpa perantara

Penyimpanan Media

volume

ISBN

9786230949166

ISSN

-

ISMN

-

Bentuk Karya

Fiksi (tidak dijelaskan secara khusus)

Target Pembaca

Umum

Catatan

-


Abstrak

Sudah dua puluh menit lebih sepasang manusia itu sama-sama tenggelam dalam keheningan. Ardes terus memperhatikan cewek di depannya dengan sebelah alis terangkat. Dia berniat minta penjelasan atas pesan Hazel kemarin. Namun, sampai sekarang cewek itu masih enggan bersuara. Tangannya terlipat di dada, wajahnya ditekuk pertanda kesal. Ardes menghembuskan napas pelan. Tangannya lantas bergerak untuk meraih tangan Hazel. Namun, cewek itu sudah lebih dulu menepisnya kasar. "Maaf, Hazel." Hanya itu yang bisa Ardes katakan sekarang. Akan tetapi, respons Hazel tetap sama, tidak ada jawaban. Sungguh, lebih baik Ardes mendengar omelan maut cewek itu selama 24 jam, dibanding harus didiamkan seperti ini. "Kamu mau apa? Aku kasih," ucap Ardes lagi, masih berusaha membujuk Hazel untuk bicara. "Aku cuma mau waktu kamu aja, apa itu susah? Bahkan pas Kakek sakit aja aku bingung mau curhat ke siapa. Karena kamu sibuk dan susah dihubungi!" jelas Hazel menggebu-gebu, melampiaskan segala emosinya yang tertahan selama ini. Sejujurnya Ardes juga merasa bersalah karena tidak sempat menemui Hazel belakangan ini. Namun, apa boleh buat, pekerjaannya menumpuk. Bahkan sekarang ini dia masih menggunakan setelan jas hitam karena baru menyelesaikan meeting dadakan bersama klien. "Maaf," ulang Ardes. Hazel menyunggingkan senyum nelangsa. "Buat apa minta maaf kalau ujung-ujungnya ngulang lagi?" ujar Hazel. "Kalau udah nggak serius, ya udah putus aja." Lontaran kalimat itu sukses membuat Ardes terdiam membeku. Seketika rahangnya mengeras. Tangannya mengepal, menandakan dia tidak menyukai arah pembicaraan tersebut.

No. Barcode No. Panggil Lokasi Perpustakaan Lokasi Ruangan Kategori Akses Ketersediaan
00006171261 813 VIR a Perpustakaan Jakarta - Cikini
Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail marzuki, Jakarta Pusat
Cikini Umum - Lantai 4 dan Lantai 5 Fiksi Indonesia Dapat dipinjam Tersedia
No. Nama File Nama File Format Flash Format File Aksi
Tidak ada data.
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000850686
005 20240104100349
006 a####g##########f#
007 ta
008 240104#########jbia###g##########1#ind##
020 # # $a 9786230949166
035 # # $a 0010-0124000106
040 # # $a JKPDJAK$b ind$c rda
041 0 # $a ind
082 0 4 $a 813$2 [23]
084 # # $a 813 VIR a
100 0 # $a Vira Ananda$e Pengarang$e Vira Ananda$e Pengarang
245 1 # $a Arzel /$c Vira Ananda ; penyunting, Vie Asano ; ilustrator, Tiara Putri
250 $a cetakan pertama
264 # 1 $a Depok :$b Skuad,$c 2023
300 # # $a 312 halaman : $b ilustrasi ; $c 20
336 # # $a teks$2 rdacontent
337 # # $a tanpa perantara$2 rdamedia
338 # # $a volume$2 rdacarrier
520 # # $a Sudah dua puluh menit lebih sepasang manusia itu sama-sama tenggelam dalam keheningan. Ardes terus memperhatikan cewek di depannya dengan sebelah alis terangkat. Dia berniat minta penjelasan atas pesan Hazel kemarin. Namun, sampai sekarang cewek itu masih enggan bersuara. Tangannya terlipat di dada, wajahnya ditekuk pertanda kesal. Ardes menghembuskan napas pelan. Tangannya lantas bergerak untuk meraih tangan Hazel. Namun, cewek itu sudah lebih dulu menepisnya kasar. "Maaf, Hazel." Hanya itu yang bisa Ardes katakan sekarang. Akan tetapi, respons Hazel tetap sama, tidak ada jawaban. Sungguh, lebih baik Ardes mendengar omelan maut cewek itu selama 24 jam, dibanding harus didiamkan seperti ini. "Kamu mau apa? Aku kasih," ucap Ardes lagi, masih berusaha membujuk Hazel untuk bicara. "Aku cuma mau waktu kamu aja, apa itu susah? Bahkan pas Kakek sakit aja aku bingung mau curhat ke siapa. Karena kamu sibuk dan susah dihubungi!" jelas Hazel menggebu-gebu, melampiaskan segala emosinya yang tertahan selama ini. Sejujurnya Ardes juga merasa bersalah karena tidak sempat menemui Hazel belakangan ini. Namun, apa boleh buat, pekerjaannya menumpuk. Bahkan sekarang ini dia masih menggunakan setelan jas hitam karena baru menyelesaikan meeting dadakan bersama klien. "Maaf," ulang Ardes. Hazel menyunggingkan senyum nelangsa. "Buat apa minta maaf kalau ujung-ujungnya ngulang lagi?" ujar Hazel. "Kalau udah nggak serius, ya udah putus aja." Lontaran kalimat itu sukses membuat Ardes terdiam membeku. Seketika rahangnya mengeras. Tangannya mengepal, menandakan dia tidak menyukai arah pembicaraan tersebut.
521 # # $a umum
650 # 4 $a Fiksi Indonesia
700 0 # $a Tiara Putri$e Ilustrator
700 0 # $a Vie Asano$e Penyunting
850 # # $a JKPDJAK
990 # # $a D000151/24