#

Bukan Bangsa Kuli

Nelayan / Ekonomi / Perikanan

Jenis Bahan

Monograf

Judul Alternatif

-

Pengarang

Abdul Hakim (Pengarang)

Edisi

cetakan pertama

Pernyataan Seri

-

Penerbitan

Jakarta : KIARA, 2014; © 2014 Abdul Halim

Bahasa

Indonesia

Deskripsi Fisik

xviii, 190 halaman : ilustrasi ; 19 cm

Jenis Isi

teks

Jenis Media

tanpa perantara

Penyimpanan Media

volume

ISBN

9789791955966

ISSN

-

ISMN

-

Bentuk Karya

-

Target Pembaca

Umum

Catatan

Indeks: halaman 169-175|Bibliografi: halaman 177-185


Abstrak

Perjumpaan dengan nelayan, perempuan nelayan dan pembudidaya skala kecil di pelbagai wilayah di Indonesia menerbitkan kesadaran bahwa pembangunan dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang berjalan sejak zaman kemerdekaan hingga era reformasi nyatanya tidak mendistribusikan kesejahteraan kepada masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dalam keinsafan itulah, buku berjudul Bukan Bangsa Kuli ini hadir.Kesadaran yang menyembul turut menggerakkan penulis untuk menghadirkan Negara agar kesejahteraan keluarga-keluarga nelayan terwujud. Sedikitnya tiga hal utama yang menjauhkan pelayanan Negara sekaligus meminggirkan masyarakat nelayan: pertama, dalam tingkatan pendapatan, nelayan bukanlah yang termiskin (the poorest of the poor). Fakta yang terpampang jelas adalah absennya Negara dalam memastikan pelayanan hak-hak dasar dan program peningkatan kesejahteraan nelayan tepat sasaran sehingga tengkulak (middle man) memanfaatkan peluang ini. Alhasil, prinsip survival of the fittest berlaku di perkampungan nelayan. Kedua, kerentanan nelayan semakin besar akibat ketidakpastian sistem produksi (melaut, mengolah hasil tangkapan, dan memasarkannya) dan perlindungan terhadap wilayah tangkapnya. Ketiga, marjinalisasi sosial dan politik oleh kekuasaan berimbas kepada minimnya akses masyarakat nelayan terhadap pelayanan hak- hak dasar, misalnya kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi.Ketiga hal di atas merupakan sumbu dari pemikiran penulis yang dituangkan untuk menyegerakan pelayanan hak-hak dasar dan distribusi kesejahteraan masyarakat pesisir dan mereka yang hidup di pulau-pulau kecil mengikuti pertumbuhan pengalaman, berjumpa dengan nelayan, perempuan nelayan dan pembudidaya skala kecil, serta penggiat kelautan dan perikanan dengan kepedulian yang sama. Dalam situasi inilah, cita-cita pergerakan kami bertumpu pada amanah konstitusi, yakni Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

No. Barcode No. Panggil Lokasi Perpustakaan Lokasi Ruangan Kategori Akses Ketersediaan
00006109863 639.2092 ABD b Perpustakaan Jakarta - Cikini
Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail marzuki, Jakarta Pusat
Cikini Baru Umum Instansi - Koleksi Hadiah/Donasi dari Instansi Koleksi Umum Dapat dipinjam Tersedia
No. Nama File Nama File Format Flash Format File Aksi
Tidak ada data.
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000847775
005 20230918092018
006 a####g########1###
007 ta
008 230918t########jkia###g########1###ind##
020 # # $a 9789791955966
035 # # $a 0010-0923000356
040 # # $a JKPDJAK$b ind$c rda
041 0 # $a ind
082 0 4 $a 639.2092$2 [23]
084 # # $a 639.2092 ABD b
100 0 # $a Abdul Hakim$e Pengarang$e Abdul Hakim$e Pengarang
245 1 # $a Bukan bangsa kuli /$c Abdul Hakim
250 $a cetakan pertama
264 # 1 $a Jakarta :$b KIARA,$c 2014
264 # 4 ,$c © 2014 Abdul Halim
300 # # $a xviii, 190 halaman : $b ilustrasi ; $c 19 cm
336 # # $a teks$2 rdacontent
337 # # $a tanpa perantara$2 rdamedia
338 # # $a volume$2 rdacarrier
500 # # $a Indeks: halaman 169-175
504 # # $a Bibliografi: halaman 177-185
520 # # $a Perjumpaan dengan nelayan, perempuan nelayan dan pembudidaya skala kecil di pelbagai wilayah di Indonesia menerbitkan kesadaran bahwa pembangunan dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang berjalan sejak zaman kemerdekaan hingga era reformasi nyatanya tidak mendistribusikan kesejahteraan kepada masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dalam keinsafan itulah, buku berjudul Bukan Bangsa Kuli ini hadir.Kesadaran yang menyembul turut menggerakkan penulis untuk menghadirkan Negara agar kesejahteraan keluarga-keluarga nelayan terwujud. Sedikitnya tiga hal utama yang menjauhkan pelayanan Negara sekaligus meminggirkan masyarakat nelayan: pertama, dalam tingkatan pendapatan, nelayan bukanlah yang termiskin (the poorest of the poor). Fakta yang terpampang jelas adalah absennya Negara dalam memastikan pelayanan hak-hak dasar dan program peningkatan kesejahteraan nelayan tepat sasaran sehingga tengkulak (middle man) memanfaatkan peluang ini. Alhasil, prinsip survival of the fittest berlaku di perkampungan nelayan. Kedua, kerentanan nelayan semakin besar akibat ketidakpastian sistem produksi (melaut, mengolah hasil tangkapan, dan memasarkannya) dan perlindungan terhadap wilayah tangkapnya. Ketiga, marjinalisasi sosial dan politik oleh kekuasaan berimbas kepada minimnya akses masyarakat nelayan terhadap pelayanan hak- hak dasar, misalnya kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi.Ketiga hal di atas merupakan sumbu dari pemikiran penulis yang dituangkan untuk menyegerakan pelayanan hak-hak dasar dan distribusi kesejahteraan masyarakat pesisir dan mereka yang hidup di pulau-pulau kecil mengikuti pertumbuhan pengalaman, berjumpa dengan nelayan, perempuan nelayan dan pembudidaya skala kecil, serta penggiat kelautan dan perikanan dengan kepedulian yang sama. Dalam situasi inilah, cita-cita pergerakan kami bertumpu pada amanah konstitusi, yakni Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
521 # # $a umum
650 # 4 $a Ekonomi
650 # 4 $a Nelayan
650 # 4 $a Perikanan
850 # # $a JKPDJAK
990 # # $a D020557/23