#

Jeda

Kisah Perjalanan Hidup / Kisah Inspiratif / Diary

Jenis Bahan

Monograf

Judul Alternatif

-

Pengarang

Mahfud Achyar (Pengarang) ; Febriani Tabita Dara Ninggar (Penyunting)

Edisi

cetakan pertama

Pernyataan Seri

-

Penerbitan

Bandung : Ellunar, 2020

Bahasa

Indonesia

Deskripsi Fisik

xxiv, 268 halaman ; 18 cm

Jenis Isi

teks

Jenis Media

tanpa perantara

Penyimpanan Media

volume

ISBN

9786232046894

ISSN

-

ISMN

-

Bentuk Karya

-

Target Pembaca

Remaja

Catatan

-


Abstrak

Ada yang bilang, waktu berlalu begitu cepat. Ada juga yang bilang, waktu terasa lambat. Padahal sejatinya, waktu kita memiliki sama: 24 jam dalam sehari. Lantas, apa yang membedakan kita semua? Makna. Sungguh, setiap rasa dan peristiwa yang hadir dalam hidup kita menyisakan satu kalimat tanya, “Hari ini, kita belajar apa?” “JEDA” merupakan catatan kontemplatif yang terinspirasi dari filosofi lampu lalu lintas yang kerap dijumpai di persimpangan jalan. Saat lampu merah menyala, semua orang yang berkendara, mau tidak mau harus berhenti. Bukan hanya untuk keselamatannya, melainkan juga untuk keselamatan orang lain. Perumpamaan lampu merah juga relevan dengan sikap memilih untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk aktivitas yang seolah takada habis-habisnya. Jeda adalah waktu untuk kita berpikir, merenung, dan meresapi makna-makna yang tersembunyi dari setiap peristiwa. Menjadi manusia berarti siap berkawan baik dengan segala rasa. Tidak melulu tentang rasa yang melegakan jiwa, ada juga rasa yang menyesakkan dada. Kita takpunya kuasa untuk memilih rasa mana yang harus ada, rasa mana yang harus tiada. Sebab semua rasa adalah bagian yang takterpisahkan dari kita, seorang manusia biasa. Upaya terbaik yang dapat kita lakukan: mengenal mereka. Jika kita sudah mengenal mereka, maka akan terasa mudah bagi kita untuk mengelola rasa dan memberi makna pada setiap cerita. Buku ini adalah kawan bercerita untuk mereka yang tertawa, untuk mereka yang bersukacita, dan untuk mereka yang berduka. Buku ini menjadi pengingat bahwa kita hanyalah manusia biasa, manusia yang tidak sempurna. Barangkali, ada baiknya kita berhenti sejenak. Mengambil jeda dari keramaian manusia: merenung, meresapi, dan memberi makna pada waktu yang masih kita punya.

No. Barcode No. Panggil Lokasi Perpustakaan Lokasi Ruangan Kategori Akses Ketersediaan
00006096439 920 MAH j Perpustakaan Jakarta - Cikini
Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail marzuki, Jakarta Pusat
Cikini Umum - Lantai 4 dan Lantai 5 Koleksi Umum Dapat dipinjam Dipinjam
No. Nama File Nama File Format Flash Format File Aksi
Tidak ada data.
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000846279
005 20230728041848
006 a####d############
007 ta
008 230728#########jbi####d############ind##
020 # # $a 9786232046894
035 # # $a 0010-0723000747
040 # # $a JKPDJAK$b ind$c rda
041 0 # $a ind
082 0 4 $a 920$2 [23]
084 # # $a 920 MAH j
100 0 # $a Mahfud Achyar$e Pengarang$e Mahfud Achyar$e Pengarang$e Mahfud Achyar$e Pengarang$e Mahfud Achyar$e Pengarang
245 1 # $a Jeda /$c Mahfud Achyar ; penyunting, Febriani Tabita Dara Ninggar
250 $a cetakan pertama
264 # 1 $a Bandung :$b Ellunar,$c 2020
300 # # $a xxiv, 268 halaman ; $c 18 cm
336 # # $a teks$2 rdacontent
337 # # $a tanpa perantara$2 rdamedia
338 # # $a volume$2 rdacarrier
520 # # $a Ada yang bilang, waktu berlalu begitu cepat. Ada juga yang bilang, waktu terasa lambat. Padahal sejatinya, waktu kita memiliki sama: 24 jam dalam sehari. Lantas, apa yang membedakan kita semua? Makna. Sungguh, setiap rasa dan peristiwa yang hadir dalam hidup kita menyisakan satu kalimat tanya, “Hari ini, kita belajar apa?” “JEDA” merupakan catatan kontemplatif yang terinspirasi dari filosofi lampu lalu lintas yang kerap dijumpai di persimpangan jalan. Saat lampu merah menyala, semua orang yang berkendara, mau tidak mau harus berhenti. Bukan hanya untuk keselamatannya, melainkan juga untuk keselamatan orang lain. Perumpamaan lampu merah juga relevan dengan sikap memilih untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk aktivitas yang seolah takada habis-habisnya. Jeda adalah waktu untuk kita berpikir, merenung, dan meresapi makna-makna yang tersembunyi dari setiap peristiwa. Menjadi manusia berarti siap berkawan baik dengan segala rasa. Tidak melulu tentang rasa yang melegakan jiwa, ada juga rasa yang menyesakkan dada. Kita takpunya kuasa untuk memilih rasa mana yang harus ada, rasa mana yang harus tiada. Sebab semua rasa adalah bagian yang takterpisahkan dari kita, seorang manusia biasa. Upaya terbaik yang dapat kita lakukan: mengenal mereka. Jika kita sudah mengenal mereka, maka akan terasa mudah bagi kita untuk mengelola rasa dan memberi makna pada setiap cerita. Buku ini adalah kawan bercerita untuk mereka yang tertawa, untuk mereka yang bersukacita, dan untuk mereka yang berduka. Buku ini menjadi pengingat bahwa kita hanyalah manusia biasa, manusia yang tidak sempurna. Barangkali, ada baiknya kita berhenti sejenak. Mengambil jeda dari keramaian manusia: merenung, meresapi, dan memberi makna pada waktu yang masih kita punya.
521 # # $a remaja
650 # 4 $a Diary
650 # 4 $a Kisah inspiratif
650 # 4 $a Kisah perjalanan hidup
700 0 # $a Febriani Tabita Dara Ninggar$e Penyunting
850 # # $a JKPDJAK
990 # # $a D018563/23