Sejak awal menulis puisi, saya cendrung memilih panggung pertunjukan sebagai media untuk menyampaikan puisi-puisi saya, kendatipun sesekali mengirim ke surat kabar atau majalah sastra atau diminta oleh redaksi untuk memuat puisi-puisi saya. Sebagai seorang seniman dengan latar belakang sebagai orang panggung, disaat menulis puisi cendrung terformat dalam benak saya disiapkan untuk dipentaskan, baik dibacakan disaat event puisi bersama atau pertunjukan puisi tunggal saya. Begitu lah bermula sejak tahun 1992. Saya bahagia dapat menghidupkan puisi-puisi ketika saya bacakan, ia bagai menghentak-hentak di setiap benak penonton, jadi darah mengalir dalam diri hadirin sehingga semangat puisi saya jadi semangat hadirin juga, sesekali puisi-puisi teduh men- gantarkan suasana perenungan nan sunyi, begitulah bila pui- si-puisi saya. sampaikan dalam setiap pertunjukan. Pihan panggung pertunjukan untuk mempublikasikan pui- si saya menjadi-jadi ketika tradisi pembacaan puisi mulai kurang menggeliat. Diskusi dan seminar tentang puisi lebih dominan dibanding panggung puisi. Pertunjukan puisi tidak lagi sesema- rak saat era WS. Rendra dan Sutardji Calzoum Bachri dan pen- yair seangkatannya. Oleh itulah sebabnya dari tahun 1992 hingga tahun 2019 saya masih setia mempublikasikan puisi saya melalui panggung puisi.