#

Mereka Yang Dipisahkan

Fotografi / Orde Baru

Jenis Bahan

Monograf

Judul Alternatif

-

Pengarang

Ariani (Pengarang) ; Erik Prasetya (Penyunting) ; Raharja Waluya Jati (Ilustrator)

Edisi

Cetakan pertama

Pernyataan Seri

-

Penerbitan

Jakarta : Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), 2001

Bahasa

Indonesia

Deskripsi Fisik

viii, 107 halaman : ilustrasi ; 24 cm

Jenis Isi

teks

Jenis Media

tanpa perantara

Penyimpanan Media

volume

ISBN

9798981138

ISSN

-

ISMN

-

Bentuk Karya

-

Target Pembaca

Remaja

Catatan

-


Abstrak

Diawali pada tanggal 10 April 1998 pukul 08.00 pagi, ketika Mega Christina (teman Petrus Bima) membawa sebuah berita. Berita yang pasti bahwa sejak saat itu keluarga kami kehilangan sald satu anggota, yaitu anak saya tercinta Petrus Bima Anugerah, karena alasan politik. Sejak awal saya telah mengetahui dan mendukung kegiatan Petrus Bima di luar kampus sebagai aktivis SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi), yaitu ormas kemahasiswaan onderbouw PRD (Partai Rakyat Demokratik) yang sangat dimusuhi pemerintah Orde Baru Soeharto. Saya paham, dengan sosok pribadi anak saya yang mempunyai pandangan berbeda dari teman sebayanya dalam pola pikir dan perhatiannya terhadap kepentingan orang lain. Sebagai orang tua dari seorang aktivis politik, saya tidak pernah merasa takut atau malu, baik di lingkungan kerja saya maupun di rumah. Karena saya yakin apa yang dilakukan Petrus Bima adalah sebuah pekerjaan yang mulia demi bangsa Indonesia. Saya teringat saat-saat dia pulang (waktu itu Petrus Bima msih sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, Surabaya kira-kira semester 4 atau 5), kami selalu berdiskusi mengenai situasi Indonesia masa kini dan masa mendatang secara menyeluruh. Bima pernah menyampaikan kepada kami garis perjuangan yang tertuang dalam manifesto PRD yang berisi beberapa butir antara lain: turunnya Soeharto, penghapusan Dwifungsi ABRI, kenaikan upah buruh, penghapusan paket 5 UU politik, dan referendum bagi Timor Leste. Karena alasan itulah kami dapat menerima dan bahkan merestuinya untuk berangkat ke Jakarta pada pertengahan tahun 1996. Meninggalkan sekolahnya di Universitas Airlangga dan bekerja penuh di kantor PRD Pusat.

No. Barcode No. Panggil Lokasi Perpustakaan Lokasi Ruangan Kategori Akses Ketersediaan
00006017419 R/770 ARI m Perpustakaan Jakarta - Cikini
Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail marzuki, Jakarta Pusat
Cikini Referensi Umum - Lantai 4 Anak, Rak Tangga, Lantai 6 Koleksi Referensi Baca di tempat Tersedia
No. Nama File Nama File Format Flash Format File Aksi
Tidak ada data.
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000842387
005 20230314024016
006 a####d###########c
007 ta
008 230314#########jkia###d###########cind##
020 # # $a 9798981138
035 # # $a 0010-0323000550
040 # # $a JKPDJAK$b ind$c rda
041 0 # $a ind
082 0 4 $a 770$2 [23]
084 # # $a R/770 ARI m
100 0 # $a Ariani$e Pengarang$e Ariani$e Pengarang
245 1 # $a Mereka yang dipisahkan /$c Ariani ; editor, Erik Prasetya ; Fotografer, Raharja Waluya Jati
250 $a Cetakan pertama
264 # 1 $a Jakarta :$b Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM),$c 2001
300 # # $a viii, 107 halaman : $b ilustrasi ; $c 24 cm
336 # # $a teks$2 rdacontent
337 # # $a tanpa perantara$2 rdamedia
338 # # $a volume$2 rdacarrier
520 # # $a Diawali pada tanggal 10 April 1998 pukul 08.00 pagi, ketika Mega Christina (teman Petrus Bima) membawa sebuah berita. Berita yang pasti bahwa sejak saat itu keluarga kami kehilangan sald satu anggota, yaitu anak saya tercinta Petrus Bima Anugerah, karena alasan politik. Sejak awal saya telah mengetahui dan mendukung kegiatan Petrus Bima di luar kampus sebagai aktivis SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi), yaitu ormas kemahasiswaan onderbouw PRD (Partai Rakyat Demokratik) yang sangat dimusuhi pemerintah Orde Baru Soeharto. Saya paham, dengan sosok pribadi anak saya yang mempunyai pandangan berbeda dari teman sebayanya dalam pola pikir dan perhatiannya terhadap kepentingan orang lain. Sebagai orang tua dari seorang aktivis politik, saya tidak pernah merasa takut atau malu, baik di lingkungan kerja saya maupun di rumah. Karena saya yakin apa yang dilakukan Petrus Bima adalah sebuah pekerjaan yang mulia demi bangsa Indonesia. Saya teringat saat-saat dia pulang (waktu itu Petrus Bima msih sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, Surabaya kira-kira semester 4 atau 5), kami selalu berdiskusi mengenai situasi Indonesia masa kini dan masa mendatang secara menyeluruh. Bima pernah menyampaikan kepada kami garis perjuangan yang tertuang dalam manifesto PRD yang berisi beberapa butir antara lain: turunnya Soeharto, penghapusan Dwifungsi ABRI, kenaikan upah buruh, penghapusan paket 5 UU politik, dan referendum bagi Timor Leste. Karena alasan itulah kami dapat menerima dan bahkan merestuinya untuk berangkat ke Jakarta pada pertengahan tahun 1996. Meninggalkan sekolahnya di Universitas Airlangga dan bekerja penuh di kantor PRD Pusat.
521 # # $a remaja
650 # 4 $a Fotografi
650 # 4 $a Orde baru
700 0 # $a Erik Prasetya$e Penyunting
700 0 # $a Raharja Waluya Jati$e Ilustrator
850 # # $a JKPDJAK
990 # # $a D008399/23