#

Keroncong Tugu

Keroncong / Orkestra

Jenis Bahan

Monograf

Judul Alternatif

-

Pengarang

JAKARTA, Dinas Kebudayaan Prop.DKI Jakarta

Edisi

Cet.2

Pernyataan Seri

-

Penerbitan

Jakarta : Dinas Kebudayaan Prop. DKI Jakarta, 2000

Bahasa

Indonesia

Deskripsi Fisik

i, 30 hlm ; 21 cm

Jenis Isi

-

Jenis Media

-

Penyimpanan Media

-

ISBN

ISSN

-

ISMN

-

Bentuk Karya

Bukan fiksi atau tidak didefinisikan

Target Pembaca

Umum

Catatan

-


Abstrak

Nama kesenian keroncong tugu berasal dari kata “keroncong” dan “tugu”. Asal mula istilah “Keroncong” tidak begitu jelas alur sejarahnya. Menurut Jascee (2010) bahwa ada pendapat yang mengatakan bahwa nama “keroncong” berasal dari nama salah satu alat musik mirip gitar berukuran kecil bernama ukulele (dalam istilah Hawaii, ukelele berarti ‘jari yang melompat’) dari Polynesia yang disebut “Crouco”. Pendapat lain lebih pada bunyi yang dihasilkan (crong …crong) yaitu suara yang dihasilkan oleh gelang kaki penari ngremo dari Madura. Begitu juga suara yang dihasilkan oleh alat musik ukulele yang jugaberbunyi sama (crong…crong). Musik keroncong dilahirkan di Portugis pada abad ke-16 dengan nama Fado (latin: nasib). Fado sendiri berasal dari para budak negro dari Cape Verde, Afrika Barat yang dibawa ke Portugal sejak abad ke-15. Masyarakat Portugal di perkotaan mengembangkan musik fado tersebut sebagai musik pengiring tari-tarian Portugis. Kata “Tugu” adalah nama sebuah tempat di Kecamatan koja Jakarta Utara. Masuknya musik keroncong ke Kampung Tugu adalah armada dagang Portugis pimpinan Tome Pires singgah di Pelabuhan Sunda Kelapa dalam pelayaran dari Malaka Ke Maluku pada tahun 1513. Mereka menjejaki tanah Sunda Kelapa selama 14 tahun karena pada tahun 1527 Pasukan Fatahillah berhasil mengusir Portugis. Salah satu warisan budaya Portugis yang diterima oleh masyarakat Sunda Kelapa adalah Keroncong. Jenis musik Keroncong tetap dimainkan kala itu karena tidak semua orang Portugis meninggalkan tanah Sunda Kelapa. Kelompok orang peranakan mestizo (hasil kawin campur dengan perempuan pribumi) tidak ikut dan memilih menetap di wilayah Sunda Kelapa. Dengan demikian seni dan budaya mereka secara tidak langsung masih dipertahankan hingga saat ini.

No. Barcode No. Panggil Lokasi Perpustakaan Lokasi Ruangan Kategori Akses Ketersediaan
00005064030 KK/784.4 DIN k Perpustakaan Jakarta - Cikini
Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail marzuki, Jakarta Pusat
Cikini Kejakartaan - Rak Tangga Koleksi Kejakartaaan (Default) Baca di tempat Tersedia
00005738481 KK/784.4 DIN k Perpustakaan Jakarta - Cikini
Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail marzuki, Jakarta Pusat
Cikini Kejakartaan - Rak Tangga Koleksi Kejakartaaan (Default) Baca di tempat Tersedia
00005738485 KK/784.4 DIN k Perpustakaan Jakarta - Cikini
Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail marzuki, Jakarta Pusat
Cikini Kejakartaan - Rak Tangga Koleksi Kejakartaaan (Default) Baca di tempat Tersedia
00005738490 KK/784.4 DIN k Perpustakaan Jakarta - Cikini
Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail marzuki, Jakarta Pusat
Cikini Kejakartaan - Rak Tangga Koleksi Kejakartaaan (Default) Baca di tempat Tersedia
00005738495 KK/784.4 DIN k Perpustakaan Jakarta - Cikini
Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail marzuki, Jakarta Pusat
Cikini Kejakartaan - Rak Tangga Koleksi Kejakartaaan (Default) Baca di tempat Tersedia
00005738500 KK/784.4 DIN k Perpustakaan Jakarta - Cikini
Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail marzuki, Jakarta Pusat
Cikini Kejakartaan - Rak Tangga Koleksi Kejakartaaan (Default) Baca di tempat Tersedia
00005738505 KK/784.4 DIN k Perpustakaan Jakarta - Cikini
Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail marzuki, Jakarta Pusat
Cikini Kejakartaan - Rak Tangga Koleksi Kejakartaaan (Default) Baca di tempat Tersedia
00005738510 KK/784.4 DIN k Perpustakaan Jakarta - Cikini
Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail marzuki, Jakarta Pusat
Cikini Kejakartaan - Rak Tangga Koleksi Kejakartaaan (Default) Baca di tempat Tersedia
No. Nama File Nama File Format Flash Format File Aksi
Tidak ada data.
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 JAKPU-03100000004791
005 20220614104845
008 211021################g##########0#ind##
035 # # $a 0010-031000000004791
040 # # $a JKPDJAK
041 0 # $a IND
082 1 4 $a 784.4$2 [23]
084 # # $a KK/784.4 DIN k
110 2 # $a Dinas Kebudayaan DKI Jakarta
245 1 0 $a Keroncong Tugu /$c Dinas Kebudayaan Prop. DKI Jakarta
250 # # $a Cet.2
260 # # $a Jakarta :$b Dinas Kebudayaan Prop. DKI Jakarta,$c 2000
300 # # $a i, 30 hlm ; $c 21 cm
520 # # $a Nama kesenian keroncong tugu berasal dari kata “keroncong” dan “tugu”. Asal mula istilah “Keroncong” tidak begitu jelas alur sejarahnya. Menurut Jascee (2010) bahwa ada pendapat yang mengatakan bahwa nama “keroncong” berasal dari nama salah satu alat musik mirip gitar berukuran kecil bernama ukulele (dalam istilah Hawaii, ukelele berarti ‘jari yang melompat’) dari Polynesia yang disebut “Crouco”. Pendapat lain lebih pada bunyi yang dihasilkan (crong …crong) yaitu suara yang dihasilkan oleh gelang kaki penari ngremo dari Madura. Begitu juga suara yang dihasilkan oleh alat musik ukulele yang jugaberbunyi sama (crong…crong). Musik keroncong dilahirkan di Portugis pada abad ke-16 dengan nama Fado (latin: nasib). Fado sendiri berasal dari para budak negro dari Cape Verde, Afrika Barat yang dibawa ke Portugal sejak abad ke-15. Masyarakat Portugal di perkotaan mengembangkan musik fado tersebut sebagai musik pengiring tari-tarian Portugis. Kata “Tugu” adalah nama sebuah tempat di Kecamatan koja Jakarta Utara. Masuknya musik keroncong ke Kampung Tugu adalah armada dagang Portugis pimpinan Tome Pires singgah di Pelabuhan Sunda Kelapa dalam pelayaran dari Malaka Ke Maluku pada tahun 1513. Mereka menjejaki tanah Sunda Kelapa selama 14 tahun karena pada tahun 1527 Pasukan Fatahillah berhasil mengusir Portugis. Salah satu warisan budaya Portugis yang diterima oleh masyarakat Sunda Kelapa adalah Keroncong. Jenis musik Keroncong tetap dimainkan kala itu karena tidak semua orang Portugis meninggalkan tanah Sunda Kelapa. Kelompok orang peranakan mestizo (hasil kawin campur dengan perempuan pribumi) tidak ikut dan memilih menetap di wilayah Sunda Kelapa. Dengan demikian seni dan budaya mereka secara tidak langsung masih dipertahankan hingga saat ini.
521 # # $a Umum
650 # 4 $a Keroncong
650 # 4 $a Orkestra
850 # # $a JKPDJAK
990 # # $a D000186/03
990 # # $a D000187/03
990 # # $a D000188/03
990 # # $a D000189/03
990 # # $a D000190/03
990 # # $a D000252/06
990 # # $a D000677/06
990 # # $a D000678/06