#

Tjong

Fiksi

Jenis Bahan

Monograf

Judul Alternatif

-

Pengarang

Herry Gendut Janarto ; Emiliano Karisma Tardifiasto (desain dan ilustrasi sampul)

Edisi

Cetakan pertama, 2022

Pernyataan Seri

-

Penerbitan

Jakarta : Gramedia, 2022; Copyright © Penerbit Gramedia Pustaka Utama

Bahasa

-

Deskripsi Fisik

xix, 329 halaman ; 21 cm.

Jenis Isi

teks

Jenis Media

tanpa perantara

Penyimpanan Media

volume

ISBN

9786020662305

ISSN

-

ISMN

-

Bentuk Karya

-

Target Pembaca

-

Catatan

-


Abstrak

"Dengan penuh semangat dan keberanian, Pak Tjong mempertaruhkan nyawa demi mendukung perjuangan para gerilyawan di Yogyakarta. Kami sungguh menghormati beliau sebagai pejuang kemerdekaan…." Tjong Kie Lin telah menempuh beribu-ribu kilometer di sepanjang alur hidupnya, sejak balita hingga akhir, saat ajal menjemput. Langkah pertama kaki mungilnya dia awali dari pelosok Desa Fu Yim Tong, Kabupaten Moiyen, Provinsi Guangdong, Tiongkok. Lalu, ketika bocah, ke Desa Xian Lo Fu, sebelum akhirnya berujung di Kota Yogyakarta, Indonesia. Betapa itu lawatan yang sangat panjang, begitu jauh, penuh liku dan debu, sarat hempasan gelombang samudra dan tamparan angin kencang yang amat menjerihkan. Dengan gagah berani dan deras berkeringat sedari remaja, rute ke selatan itu dia tapaki, seberangi, jelajahi, dan akrabi. Akhirnya, di kota Yogyakarta itulah dia mencanangkan untuk menghimpun sebuah keluarga, utamanya membesarkan anak-anak. Kota terakhir yang dia singgahi itu juga menjadi wadah terbaik untuk mencari nafkah dan menjaring rezeki, melalui sebuah toko yang dia miliki dan kelola sebagai sumber penghidupan. Di tengah segala keriuhan hidupnya, Tjong Kie Lin tetap ingat bumi tempat dia berpijak, mencari rezeki, menghimpun keluarga, dan merangkul sahabat pun saudara. Dengan tulus ikhlas dia turut memberikan sumbangsihnya manakala Yogyakarta, kota yang dicintainya, tengah berjuang menghadapi penjajah yang ingin menguasainya, mencederainya. Bukan dengan memanggul senjata, tetapi dengan dukungan bagi perjuangan para pemuda pembela bangsa. Dalam senyap dan tanpa jemawa, dia sediakan bagian rumahnya untuk mereka, terutama yang terluka. Di Yogyakarta, tak salah lagi, kehidupan Keluarga Tjong menemukan akarnya.

No. Barcode No. Panggil Lokasi Perpustakaan Lokasi Ruangan Kategori Akses Ketersediaan
00005806157 KC/899.221 HER t Perpustakaan Jakarta - Kuningan
Jl. H.R. Rasuna Said, Kav. C22, Gedung Nyi Ageng Serang, Lt. 7 dan 8, Jakarta Selatan
Kuningan Validasi (KCKR) - Dalam Proses Diolah Diolah
No. Nama File Nama File Format Flash Format File Aksi
Tidak ada data.
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000834797
005 20220811091814
007 ta
020 # # $a 9786020662305
035 # # $a 0010-0822000700
040 # # $a JKPDJAK$b ind$e rda
041 # # $a ind
082 1 4 $a 899.221$2 [23]
084 # # $a KC/899.221 HER t
100 # # $a Herry Gendut Janarto
245 0 4 $a Tjong /$c Herry Gendut Janarto ; desain dan ilustrasi sampul, Emiliano Karisma Tardifiasto
250 # # $a Cetakan pertama, 2022
264 # 1 $a Jakarta :$b Gramedia,$c 2022
264 # 4 ,$c Copyright © Penerbit Gramedia Pustaka Utama
300 # # $a xix, 329 halaman ; $c 21 cm.
336 # # $a teks$2 rdacontent
337 # # $a tanpa perantara$2 rdamedia
338 # # $a volume$2 rdacarrier
520 # # $a "Dengan penuh semangat dan keberanian, Pak Tjong mempertaruhkan nyawa demi mendukung perjuangan para gerilyawan di Yogyakarta. Kami sungguh menghormati beliau sebagai pejuang kemerdekaan…." Tjong Kie Lin telah menempuh beribu-ribu kilometer di sepanjang alur hidupnya, sejak balita hingga akhir, saat ajal menjemput. Langkah pertama kaki mungilnya dia awali dari pelosok Desa Fu Yim Tong, Kabupaten Moiyen, Provinsi Guangdong, Tiongkok. Lalu, ketika bocah, ke Desa Xian Lo Fu, sebelum akhirnya berujung di Kota Yogyakarta, Indonesia. Betapa itu lawatan yang sangat panjang, begitu jauh, penuh liku dan debu, sarat hempasan gelombang samudra dan tamparan angin kencang yang amat menjerihkan. Dengan gagah berani dan deras berkeringat sedari remaja, rute ke selatan itu dia tapaki, seberangi, jelajahi, dan akrabi. Akhirnya, di kota Yogyakarta itulah dia mencanangkan untuk menghimpun sebuah keluarga, utamanya membesarkan anak-anak. Kota terakhir yang dia singgahi itu juga menjadi wadah terbaik untuk mencari nafkah dan menjaring rezeki, melalui sebuah toko yang dia miliki dan kelola sebagai sumber penghidupan. Di tengah segala keriuhan hidupnya, Tjong Kie Lin tetap ingat bumi tempat dia berpijak, mencari rezeki, menghimpun keluarga, dan merangkul sahabat pun saudara. Dengan tulus ikhlas dia turut memberikan sumbangsihnya manakala Yogyakarta, kota yang dicintainya, tengah berjuang menghadapi penjajah yang ingin menguasainya, mencederainya. Bukan dengan memanggul senjata, tetapi dengan dukungan bagi perjuangan para pemuda pembela bangsa. Dalam senyap dan tanpa jemawa, dia sediakan bagian rumahnya untuk mereka, terutama yang terluka. Di Yogyakarta, tak salah lagi, kehidupan Keluarga Tjong menemukan akarnya.
521 1 # $a Umum
650 # # $a Fiksi
700 0 # $a Emiliano Karisma Tardifiasto$e desain dan ilustrasi sampul
850 # # $a JKPDJAK
990 # # $a D014301/22